Kita bisa membuat cahaya dalam diri
tumbuh menjadi sebuah bintang. Bintang akan meledak dan menjadi ratusan
serpihan-serpihan cahaya. Dan setiap serpihan cahaya itu bagaikan sebuah
pedang, yang dapat menghilangkan semua hal negatif dan membawa kesucian
pada dunia ini.
lukisan Miyamoto Musashi yang menggambarkan seorang samurai sedang menyaksikan 2 ekor ayam jantan berkelahi
Jika mendalami lebih jauh tentang prinsip-prinsip samurai, maka kita
akan menemukan bahwa dibalik ketangkasan seorang samurai dalam memainkan
pedang dan strategi bertempur, sesungguhnya mereka diarahkan untuk
hidup dalam ketenangan jiwa dan keyakinanan hati. Prinsip ini
betul-betul ditanamkan ke dalam pikiran dan hati seorang samurai,
sehingga mereka senantiasa menghidupkan hati sebagai sumber cahaya dan
keyakinan diri.
Hal yang paling mendasar dalam prinsip samurai adalah ajaran untuk
senantiasa hidup dengan kejujuran terhadap diri sendiri; jika tidak,
mereka dianggap belum benar-benar menjalani hidup secara utuh.
Ajaran tersebut meski tampak sederhana namun sesungguhnya sangat
bermakna dan membawa kedamaian dalam hati setiap samurai. Jika telah
jujur pada diri sendiri, maka secara spontan mereka pun akan jujur pada
siapapun.
Bunga sakura simbol jalan hidup samurai
Bunga sakura adalah salah satu simbol samurai, karena bunga sakura
mekar bersemi hanya dalam waktu yang singkat. Seperti prajurit samurai,
bunga sakura gugur di puncak kematangannya, akan tetapi jiwa samurai
tetap abadi dengan keindahannya.
Hal tersebut membuat mereka belajar untuk senantiasa menghargai detik
demi detik kehidupan dan menghargai serta menikmati momen-momen sebagai
sesuatu yang indah.
Mereka melakukan yang terbaik dalam setiap gerak dan tindakannya
karena mereka tidak menginginkan ada penyesalan dengan membiarkan waktu
berlalu begitu saja. Itulah prinsip sakura. Shingen Harunobu Takeda,
sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir mengucapkan sebait puisi:
Seperti biasa, serahkan
pada tanah,baik untuk kulit dan daging,tanpa perlu berlumur merah dan
putih,sendiri bersama hembusan angin
Lukisan burung yang sedang bertengger dibuat oleh Miyamoto Musashi
Miyamoto Musashi yang sering dianggap sebagai samurai terbesar dalam
sejarah, adalah seorang pelukis ulung. Hasil karyanya yang kini sudah
berusia 400 tahun yang melukiskan seekor burung yang sedang bertengger
di atas sebuah cabang kering sangat terkenal. Yang menarik perhatian
bukan hanya apa yang nampak di permukaan kanvas, namun lebih jauh agalah
goresan yang mencerminkan spirit yang dihembuskan sang pelukis berupa
rasa percaya diri dan ketegasan. Di dalam buku yang ditulisnya yang
berjudul ”The Book of Five Rings”, Musashi mengatakan Bahwa ilmu
tertinggi dari ilmu pedangnya adalah nothingness atau ketiadaan. Para
samurai meyakini bahwa teknik fisik bukanlah hal yang paling penting.
Kesadaran ini muncul setelah latihan bertahun-tahun lamanya, dirasakan
bahwa kemampuan fisik justru kerap membatasi kekuatan dan teknik seorang
samurai. Namun sebaliknya hati (jiwa) seorang manusia adalah sumber
kekuatan orisinil yang tak berbatas.
Hati memiliki kekuatan yang tak terhingga
karena ia terhubung langsung dengan alam semesta. Alasan lain yang
membuat mereka tidak mengutamakan sisi fisik, karena meskipun keberadaan
manusia adalah kombinasi fisik dan spiritual, namun kelak jiwa akan
tetap hidup meskipun fisik hancur.
Paparan di atas dapat menggambarkan sosok
samurai bahwa mereka bukan hanya melayani tuannya, tapi hidup untuk
melayani hatinya. Karena itu mereka selalu berusaha untuk hidup dengan
pikiran yang jernih dan hati yang murni.